jatiluwih

jatiluwih

Minggu, 31 Juli 2011

Konflik itu suatu hal yang biasa, tujuannya yang harus luar biasa

Banyak orang yang terkaget-kaget melihat sebuah konflik yang terjadi belakangan ini di Bali. Kok bisa ya Bali yang dikatakan sebagai daerah surga terjadi bunuh-bunuhan antar sesamanya, sesama local boy lagi,... tak habis pikir. mungkin itulah yang ada dibenak sebagian besar orang, juga orang Bali sekalipun. 
Apakah Bali sudah sedemikian berubahnya??? 
Apakah orang Bali sudah kehilangan jatidiri ke Baliannya???
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

Jika dilihat, konflik yang terjadi belakangan ini di Bali (khusus konflik intern) terdiri dari beberapa macam:
1. Konflik Adat
2. Koflik Pemuda
3. Konflik Perbatasan
4.Kombinasi

Seringkali perasaan/pertanyaan/pernyataan yang timbul ketika ada konflik yang terjadi di Bali adalah orang bali sudah kehilangan identitas dirinya, masuknya pengaruh ekstern kedalam masyarakat Bali tanpa filter dan juga ada provokasi dari pihak-pihak terkait entah pihak mana yang dimaksud, tapi yang pasti saling menyalahkan tanpa ada solusi terkait. 
Tapi apa iya ya??? orang Bali itu berkonflik karena pengaruh budaya luar?? karena sudah kehilangan identitas agama dan BUDAYA???
Tentu saja tidak. Sejak jaman dahulu kala, ketika Bali ini masih dibawah ketiak Majapahit, bahkan sebelumnya, orang Bali sudah hobi berkonflik, silahkan saja buka buku sejarah, lontar, babad yang mustahil tidak ada konflik disana.  Perebutan wilayah, perebutan kekuasaan bahkan rebutan wanita semua itu berujung pada satu,... KONFLIK, yang bahkan jauh lebih sadis daripada sekarang. Ingat juga salah satu sumber devisa Bali pada zaman kerajaan adalah BUDAK,...
Kemudian, ketika orang Bali akrab dengan konflik sejak zaman dahulu, mengapa, seakan-akan orang Bali sekarang alergi dengan kata konflik, bentrok,...
Orang Bali seakan merasa menjadi orang paling damai, The Last Paradise, yang mana di Paradise gak mungkin ada konflik bukan.Orang bali seakan lupa bagaimana masa lalunya yang penuh perjuangan, penuh noda, peluh, darah dari leluhurnya.

Pariwisatalah salah satu sebab tidak sadar,.......
Mungkin kita tidak sadar akan banyak dampak yang ditimbulkan oleh pariwisata, dampak yang kelihatan mungkin dengan mudah ditanggulangi, tapi dampak yang tidak kelihatan??? hanya orang yang tahu dan mampu saja yang mau dan mampu menanggulanginya. tapi berapa banyak orang seperti ini ada di bali??
Pariwisata menjadikan pola pikir kita berubah, pariwisata menjadikan pola pikir kita menjadi alergi dengan hal-hal yang berbau buruk, busuk. 
Apakah kita sadar kalau "Bali The Last Paradise" itu diciptakan orang asing dengan tujuan-tujuan tertentu??
Kita sebagai pemilik Bali ini malah berada di awang-awang ketika dikatakan sebagai surga terakhir. Tidak sadarkah kita bahwa ungkapan itu hanya sebagai tagline untuk memikat wisatawan asing, sebuah iklan lebih tepatnya, yang diciptakan oleh orang luar, untuk orang luar yang membuat orang bali sendiri merasa dirinya hidup di surga, padahal tiDAK!!!!!  Kita sebagai orang bali yang hidup di Bali malah terhegemoni dengan ungkapan-ungkapan seperti ini. kita merasa daerah kita ini damai, tiada cacatnya. Ketika satu konflik meletus,betapa kagetnya kita, seakan-akan itu tidak mungkin terjadi di Bali, padahal sejak zaman dahulu kala itu biasa terjadi di Bali.
Sadarkah kita ketika tahun 1946, sudah ada tagline Bali The Lost Paradise yang mana disaat yang sama terjadi puputan MARGARANA!!!!!! wow!!!!

Tajen
Tajen adalah sebuah kegiatan adu ayam, yang sekarang dikategorikan judi oleh polisi, tajen ini tidak hanya ada dibali, tapi hampir ada diseluruh dunia, dan tahukah bahwa tajen adalah salah satu cara bisa membuktikan kalau orang itu hobi berkonflik. 
Tajen adalah sebuah kegiatan penyaluran hasrat kaum laki bali untuk bertarung. dalam tajen tidak hanya ayamnya saja yang bertarung, tapi juga harga diri pemilik ayam itu. Ketika ayamnya menang, tidak hanya uang yang didapatkan, tapi juga namanya juga menjadi terangkat. pada masa lalu, raja bahkan memilki ratusan ayam aduan. ini membuktikan betapa prsetisiusnya tajen pada masa romatisme bali. 
Disinilah kemudian tajen menjadi penyalur hasrat lelaki bali untuk bertarung karena sudah tersalurkan lewat adu ayam. 
Apakah dengan Tajen konflik akan total hilang?? tentu saja tidak. konflik masih tetap ada pastinya, tajen ini hanya sebagai penyalur hasrat sementara saja. 

Orang Bali butuh penyalur konflik
Ditengah semakin kompleksnya keutuhan dan tingkat stresss, tentu saja ekskalasi konflik akan meningkat drastis, kemudian yang menjadi pertanyaan, apa yang akan dilakukan untuk menyalurkan konflik????
Mudah-mudahan dengan semakin seringnya konflik terjadi orang bali akan sadar dengan apa yang terjadi sebenarnya, dan menemukan penyaluran yang tepat untuk dilampiaskan. 
orang bali butuh konflik kok untuk menyadarkan dirinya. hanya saja konflik janganlah sesama nyama bali. jika energi postif dari konflik mendapat penyaluran yang tepat dan positif (bagi orang bali), maka eksistensi orang bali di bali akan selamanya ada.

1 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More